Tidak seperti biasanya langit di siang hari ini terlihat mendung, tampaknya sebentar lagi akan turun hujan, tanpa pikir panjang, kuputuskan untuk menepikan motorku di sebuah halte bis yang cukup teduh, sambil memanjakan tenggorokanku ini dengan sekaleng softdrink yang ku beli di pinggir jalan tadi.
Setelah itu aku duduk di bangku halte tersebut, di temani softdrink sambil melihat ramainya jalanan kota ini yg dipenuhi oleh kendaraan bermotor. Gerimis pun sudah mulai membasahi tanah yang berdebu itu, orang orang di sekitar ku akhirnya ikut menepi di halte, untuk sekedar menghindari gerimis.
Hujan pun turun semakin deras, orang orang yg berteduh pun semakin banyak, hingga halte tersebut terasa sesak, karena penuh dengan orang orang yang berteduh, tiba tiba kulihat seorang pengemis yang juga ingin berteduh di halte tersebut. Kulihat raut wajah orang orang yang sedang berteduh di halte itu tampaknya kurang senang dengan hadirnya pengemis tersebut.
Tiba tiba dari kejauhan kudengar ada bunyi sirine, kupikir itu hanya ambulance yang mau lewat saja, tapi semakin keras bunyi sirine tersebut, semakin gelisah pula pikiranku ini, entah apa yang akan terjadi.
Sesaat setelah itu, aku mendengar teriakan para pedagang asongan yang berada tak jauh dari tempatku berteduh, mereka bertiak “KANTIP KANTIP!!!! RAZIA RAZIA”. Ternyata kegelisahan ku ini terjawab, sirine tersebut datang bukan berasal dari suara mobil ambulance, melainkan dari mobil SAT.POL.PP yang sedang mengadakan razia untuk menertibkan pengemis, gelandangan, pengamen dan masih banyak lagi penyakit jalanan lainya.
Seketika ku terpikir akan pengemis yang sedang berteduh tadi, dalam hati ku bertanya “apakah pengemis tersebut juga kena razia?” perasaanku pun mulai gelisah lagi, karena memikirkan pengemis yg tadi. Ternyata dugaan benar, kulihat pengemis tersebut sudah tidak berada di tempat nya semula, lalu kutengok kiri dan kanan dengan maksud mencari pengemis yang tadi.
Tiba tiba kudengar teriakan dari sebelah kanan halte, rasa penasaran ku pun tiba tiba memuncak, kuberjalan kesebelah halte untuk melihat apa yang sedang terjadi. Kulihat ada pengemis yang tadi sedang berontak dari sekapan para SAT.POL.PP yang mencoba untuk menangkapnya. Tapi apa daya, mustahil ia mampu melawan tenaga dari anggota SAT.POL.PP itu, ia bertubuh kurus dan renta sementara anggota SAT.POL.PP tersebut bertubuh tegap dan gagah. Aku pun terkaget ketika kuilhat pengemis itu tersungkur di tanah, karena menerima dorongan dari anggota SAT.POL.PP tadi. Apalagi di tambah guyuran hujan yang membasahi pengemis itu, semakin memperparah kondisinya yang tersungkur di tanah.
Pengemis itu pun akhirnya menyerah tak berdaya dan akhirnya masuk kedalam mobil SAT.POL.PP tersebut. Ku melihat, mukanya semakin lesu, dan tampak pucat pasi. Ku tak sanggup untuk melihatnya lagi.
Dalam benak ku berfikir, entah apa yang membuat para anggota SAT.POL.PP tersebut tega memperlakukan pengemis tersebut layaknya seekor binatang yang lepas dari kandangnya. Apakah mereka tidak berfikir apabila mereka sendiri yang berada pada posisi pengemis tersebut? Apakah mereka mau diperlakukan layaknya binatang yang lepas dari kandangnya? pasti tidak akan mau.
Semua orang di dunia ini pun tidak ada yang mau nasibnya menjadi seperti pengemis itu. Jika bisa memilih, pengemis itu pun juga tidak akan mau menjadi dirinya yang sekarang. Jika ia bisa memilih, pasti ia akan lebih memilih kehidupan yang lebih normal seperti orang lainya. Pada intinya, semua ini bukan kemauanya untuk mejadi seorang pengemis, tapi memang keadaan yang memaksanya untuk jadi seperti itu.
KARYA : MAHAR MULYADI
XII IPS 2
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
20 April 2010 pukul 22.37
good
23 April 2010 pukul 02.27
terimakasih pak. hehe